Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kritik Terhadap Klaim Kekeluargaan dalam Organisasi Kampus

Setelah kemarin saya menuliskan tentang korupsi waktu yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa apakah benar adanya? Kali ini saya akan menyampaikan sesuatu yang terkadang diperdebatkan namun sulit diungkapkan secara terang-terangan.

Kritik ini mungkin dapat diterima dan dapat juga ditolak. Kritik terhadap klaim kekeluargaan dalam organisasi kampus sepertinya menarik untuk dibahas, karena dikepala saya sudah banyak sekali yang ingin saya tuangkan.

Tulisan Organisasi Kampus
Organisasi Kampus | Nova Rio Redondo
Organisasi sering menjadi alasan seseorang untuk lebih berkembang, alasan itu menurut saya benar, tergantung mahasiswanya sendiri bagaimana menyikapinya.

Namun ada sebuah embel-embel yang terkadang tidak sesuai, dan itu membuat para anggota menghilang satu persatu dari line. Akibat ketidaksesuaian tersebut.

Mitos Kekeluargaan Sebagai Tinjaun Kritis

Sebagai mahasiswa yang telah terjun dalam berbagai organisasi kampus selama bertahun-tahun, saya tak dapat menahan diri untuk mengekspos ketidaksesuaian antara klaim manis tentang kekeluargaan dalam organisasi kampus dengan realitas kehidupan sehari-hari yang saya saksikan. 

Para pemimpin organisasi kampus dan senior secara konsisten menegaskan pentingnya kekeluargaan, seolah-olah menjadi mantra yang tak pernah berhenti. Namun, pertanyaannya adalah, seberapa kuat dasar yang mereka miliki untuk klaim semacam itu?

Kekeluargaan dalam organisasi kampus sering dipuji sebagai pilar utama dari pengalaman mahasiswa, namun saat kita mengupas lapisan demi lapisan klaim tersebut, apa yang sebenarnya kita temukan?

Saya merasa perlu untuk mempertanyakan, bahkan mengkritik, klaim-klaim manis ini yang mungkin lebih mirip dengan boneka berisi angin daripada fondasi yang kokoh dalam pengembangan mahasiswa.

Antara Kenyataan dan Realita

Pengurus organisasi kampus sering menjanjikan suasana kekeluargaan yang hangat dan solid, apakah itu omong kosong?

Tidak semua organisasi mampu memenuhi janji-janji kekeluargaan tersebut. Beberapa mungkin lebih fokus pada pencapaian tujuan atau prestise daripada membangun ikatan antaranggota. Atau bahkan lebih buruk dari itu.

Dinamika kekuasaan dalam organisasi bisa membuat sebagian anggota merasa diabaikan atau tidak diakui, terutama jika terdapat hirarki yang kuat. Keikut sertaan senior dan alumni yang berlebihan juga dapat membuat anggota dan pengurus kurang nyaman.

Terkadang, klaim kekeluargaan hanyalah kata-kata kosong yang tidak didukung oleh tindakan nyata. Anggota mungkin merasa terpinggirkan, tidak diterima, atau bahkan diintimidasi dalam lingkungan yang seharusnya menjadi keluarga.

Ikatan kekeluargaan mungkin dirasakan antara beberapa orang dengan orang lainnya. Sangat sulit rasanya menyebut organisasi sebagai keluarga. Karena hal-hal yang ada didalamnya terkadang berbeda. Dari pada keluarga saya lebih suka menyebutnya dengan teman.

Saat ini mungkin masih ada organisasi yang memiliki asas kekeluargaan yang kuat. Ada juga yang dianggap keluarga hanya satu angkatannya atau teman circlenya saja. 

Realita yang Memilukan Mendefinisikan Kembali Arti Kekeluargaan

Di balik kata-kata yang indah, ada realitas yang memilukan. Organisasi kampus sering kali diwarnai dengan politik internal, kesenjangan kekuasaan, dan ketidaksetaraan yang bertentangan dengan semangat kekeluargaan yang diumbar.

Mungkin saatnya untuk mempertanyakan kembali definisi kekeluargaan itu sendiri. Apakah kekeluargaan harus berarti kesetiaan buta dan pembenaran terhadap tindakan-tindakan yang tidak etis? Ataukah kekeluargaan seharusnya menjadi panggilan untuk saling menghormati, mendukung, dan bertanggung jawab satu sama lain?

Penutupan

Di balik tirai kekeluargaan dalam organisasi kampus terkadang tersembunyi realitas yang memilukan yang tak banyak yang berani hadapi.

Retorika kekeluargaan dapat menjadi senjata ganda, membungkus eksklusi dan penindasan dalam lapisan manis kata-kata. Kekeluargaan dalam organisasi kampus kadang-kadang hanyalah ilusi, menutupi ketidakadilan yang mendasar dan merawat ketidaksetaraan yang terpendam.

Ketika klaim kekeluargaan digunakan sebagai senjata politik, anggota organisasi harus bertanya pada diri sendiri, siapa yang sebenarnya diuntungkan oleh retorika yang terus-menerus diucapkan itu?

Tulisan ini tidak bertujuan untuk agar mahasiswa enggan bergabung dalam organisasi. Tapi agar lebih berhati-hati dalam memilih organisasi yang berkedok kekeluargaan.

Ingat juga tentang kebebasan mahasiswa, Tetaplah semagat dalam menjalani dunia perkulihaan.

Karena saya lelah dan ingin tidur jadi see you lur. Sampai jumpa amigos.

10 komentar untuk "Kritik Terhadap Klaim Kekeluargaan dalam Organisasi Kampus"

  1. Muy interesante te hace pensar. Te mando un beso.

    BalasHapus
  2. Organisasi berbeza (berbeda) dari keluarga. Keluarga tahu semua tentang keluarganya manakala organisasi ialah tempat untuk kita kerja. Mana mungkin organisasi dipanggil keluarga. Adakah jika panggil keluarga....jika anak salah seorang pekerja (karyawan) di Universiti tersebut ada anak yang akan masuk Universiti tetapi qualification tidak layak tetapi tetap boleh masuk Universiti tersebut kerana Universiti tersebut menganggap itu keluarga jadi boleh masuk atas tiket keluarga....

    BalasHapus
  3. Itu hanya lip service aja ..,pura-puranya kluarga ..tapi boonk..hiiks

    BalasHapus
  4. I wouldn't call such organizations family, maybe friends, but as we know, there are only a few true friends in life..

    BalasHapus
  5. Salam ziarah yer🇲🇾🇲🇾🌹🌹

    BalasHapus
  6. Sayang ya, di dunia kampus ternyata banyak realitas yang memilukan...
    yaaa, begitulah,,,,

    BalasHapus
  7. Um bom assunto para meditar.
    Gostei.

    Abraço,
    SOL da Esteva

    BalasHapus
  8. Semakin ke sini makna kekeluargaan pun sudah melebar dan kurang sesuai lagi. Seharusnya sebuah organisasi memang perlu dijalankan sesuai dengan aturan yang ada, tidak perlu memasukkan kekeluargaan dalam sebuah organisasi.

    BalasHapus
  9. Sebegitunya kah organisasi khas mahasiswa, idealis tapi kenyataannya nanti mereka memakan semua idealismenya.

    Jujur saya paling tidak suka organisasi kampus, alih² berlatih menjadi pemipin, nyatanya kelak mereka juga jadi agen korup, mayoritas.

    Lebih baik gak usah banyak omong, tapi banyak karya.

    Mahasiswa hanya bisa berceloteh tapi minim karya. Harusnya organisasiitu jadi sarana berkarya bukan berpolitik. Itu menurut saya yang gak suka dg organisasi, karena mendidik penerus bangsa yang licik. Terbukti yang duduk di DPR dan pimpinan.

    BalasHapus
  10. Em todos os planos da sociedade em que vivemos, devemos proporcionar um ambiente saudável, em que todos possam mover-se de forma confortável e segura.
    Abraço de amizade.
    Juvenal Nunes

    BalasHapus